Penulis Indonesia
Seno Gumira Ajidarma
-------
Seno
Gumira Ajidarma (lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958 adalah penulis
dari generasi baru di sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama
Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak berdawai,
Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Dia
juga terkenal karena dia menulis tentang situasi di Timor Timur tempo dulu.
Tulisannya tentang Timor-Timur dituangkan dalam trilogi buku Saksi Mata
(kumpulan cerpen), Jazz, Parfum, dan Insiden (roman), dan Ketika Jurnalisme
Dibungkam, Sastra Harus Bicara (kumpulan esai).
Perjalanan
Hidup
Seno
Gumira Ajidarma adalah putra dari Prof. Dr. MSA Sastroamidjojo, seorang guru
besar
Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. Tapi, lain ayah, lain pula si anak.
Seno Gumira Ajidarma bertolak belakang dengan pemikiran sang ayah. Setelah
lulus SMP, Seno tidak mau melanjutkan sekolah. Terpengaruh cerita petualangan
Old Shatterhand di rimba suku Apache, karya pengarang asal Jerman Karl May, dia
pun mengembara mencari pengalaman. Seperti di film-film: ceritanya seru,
menyeberang sungai, naik kuda, dengan sepatu mocasin, sepatu model boot yang
ada bulu-bulunya. Selama tiga bulan, ia mengembara di Jawa Barat, lalu ke
Sumatera. Sampai akhirnya jadi buruh pabrik kerupuk di Medan. Karena kehabisan
uang, dia meminta uang kepada ibunya. Tapi, ibunya mengirim tiket untuk pulang.
Maka, Seno pulang dan meneruskan sekolah. Ketika SMA, ia sengaja memilih SMA
yang boleh tidak pakai seragam. Komunitas yang dipilih sesuai dengan jiwanya.
Bukan teman-teman di lingkungan elite perumahan dosen Bulaksumur (UGM), rumah
orangtuanya. Tapi, komunitas anak-anak jalanan yang suka tawuran dan ngebut di
Malioboro.Dia juga ikut teater Alam pimpinan Azwar A.N selama 2 tahun.Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. Tapi, lain ayah, lain pula si anak.
Tertarik
puisi-puisi karya Remy Sylado di majalah Aktuil Bandung, Seno pun mengirimkan
puisi-puisinya dan dimuat. Teman-teman Seno mengatakan Seno sebagai penyair
kontemporer. Seno tertantang untuk mengirim puisinya ke majalah sastra
Horison.Kemudian Seno menulis cerpen dan esai tentang teater. Pada usia 19
tahun, Seno bekerja sebagai wartawan, menikah, dan di tahun itu juga Seno masuk
Institut Kesenian Jakarta, jurusan sinematografi. Dia menjadi seniman karena
terinspirasi oleh Rendra yang santai, bisa bicara, hura-hura, nyentrik, rambut
boleh gondrong. Sampai saat ini Seno telah menghasilkan puluhan cerpen yang
dimuat di beberapa media massa. Cerpennya Pelajaran Mengarang terpilih sebagai
cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan cerpennya, antara lain: Manusia Kamar
(1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di
Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah
Mati (1999). Karya lain berupa novel Matinya Seorang Penari Telanjang[ (2000).
Pada tahun 1987, Seno mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata,
Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary, 1997. Kesibukan Seno sekarang
adalah membaca, menulis, memotret, jalan-jalan, selain bekerja di Pusat
Dokumentasi Jakarta-Jakarta. Juga kini ia membuat komik. Baru saja ia membuat
teater.
Pendidikan
Formal
1994
– Sarjana, Fakultas Film & Televisi, Institut Kesenian Jakarta
2000
– Magister Ilmu Filsafat, Universitas Indonesia
2005
– Doktor Ilmu Sastra, Universitas Indonesia
Penghargaan
yang pernah di peroleh, antara lain
1987
– SEA Write Award
1997
– Dinny O’Hearn Prize for Literary
2005
– Khatulistiwa Literary Award
2012
– Ahmad Bakrie Award (tapi dia menolak)